KETIKA IJAZAH MENJADI BERHALA
Ketika ijazah menjadi berhala. Zaman berubah
tiada terasa. Baca tulis melahirkan peradaban. Di atas lembaran sejarah simbol-simbol
tercipta. Kebudayaan dan kemanusiaan menyempit
meruncing kepada satu ‘dunia’ kecil, selembar kertas berharga. Ijazah mengubah peta perjalanan manusia.
Ketika
ijazah menjadi berhala. Pengakuan dan penghormatan manusia di atas
segalanya. Ijazah menjadi nilai tukar kehidupan yang sah. Ijazah menjadi
dewa yang dipuja-puja, berhala yang disembah-sembah, tuan yang
diagung-agungkan.
Ijazah menjadi Tuhan. Manusia menjadi hamba. Mengejar mimpi dan obsesi,
pemenuhan hasrat dan ambisi, lebih dahsyat dari pesona materi.
Ketika
ijazah menjadi berhala, selembar kertas
dianggap keramat. Agung dan mulia. Apapun akan dikorbankan sebagai
ritual penyembahan, bukti ketaatan, kepatuhan dan ketundukan. Simbiosis
mutualis antara hamba dengan tuan. Konsekuensi logis, tuan butuh hamba,
hamba butuh tuan.
Berapapun harganya
akan dibayar. Apapun caranya akan dilakukan. Selama apapun penantian, enam tahun, sembilan, dua belas
bahkan sampai duapuluh tahun perjalanan. Untuk sebuah pengakuan, pengagungan
sesembahan, selembar berhala ijazah.
Dari
SD, SMP, SMA sampai pasca sarjana, ijazah
dikejar dan diincar. Berhala ijazah, menawarkan berjuta pesona. Lembaga
pendidikan
kehilangan 'ruh' keramat. Pendangkalan nilai suci ilmu-pengetahuan.
Pengikisan kearifan dan kebijaksanaan. Kepintaran, kepandaian dan
kecerdasan hanya berputar di dalam otak kepala, namun hati
lengang dan sepi, rongga dada kosong hampa.
Ketika
ijazah menjadi berhala. Santri dan siswa hanya simbolik belaka.
Mengejar
gelar-gelar formal, namun meninggalkan altar- altar spiritual. Menangkap
pangkat-pangkat imitasi namun melepaskan kemuliaan hakiki. Menggapai
ketinggian harga diri namun membuang keluhuran budi pekerti. Mengukir
kemahiran diplomasi namun mengikir ketajaman mata hati dan nurani.
Berhala ijazah menggeser mutiara-mutiara hikmah dan menggusur
khazanah-khazanah berkah.
Ketika
ijazah menjadi berhala, gedung sekolah hanya
persinggahan sementara. Cerobong asap menyemburkan wajah-wajah suram
generasi masa depan, bukan kawah
candradimuka, bejana alam penempa para calon ksatria. Pelatihan mencuri
karya cipta,
mencontek, menjiplak dan membajak tanpa paham makna. Transaksi ilegal
bocoran ujian nasional, jual beli karya tulis dan skripsi, markas besar
tawuran massal, pembelajaran perilaku culas dan brutal.
Ketika ijazah menjadi berhala, pengetahuan
tak lagi berharga, uang menjadi aktor utama. Ijazah palsu bermunculan. Para penipu
kehormatan. Pengkhianatan kepercayaan. Penyelewengan praktek perijinan. Legalitas formal merusak hak-hak dan keadilan sosial.
Sesungguhnya para penyembah ijazah selalu dalam
kebingungan. Hitam putih tak lagi bisa membedakan. Salah kaprah, yang benar
jadi tidak lumrah, dianggap sebagai musuh dan dituduh salah. Yang
salah jadi berhala baru yang disembah-sembah. Tersesat dalam pencarian,
kehilangan arah. Tuhan tak akan memberi petunjuk kepada mereka yang
menyekutukan dalam penghambaan. Kebenaran dan kelurusan jalan hanya
diperuntukkan bagi mereka yang teguh menjaga kemurnian penyembahan.
Setumpuk ijazah di almari, sederet trofi,
sebaris medali, sertifikat dan surat-surat ‘sakti’. Hidup dalam kepalsuan. Halusinasi,
mimpi, semua serba imitasi. Dunia surut menciut, hanya sebatas kertas dengan
ornamen gambar dan beberapa baris tulisan formal, selembar kertas, berhala ijazah.
"
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan
Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas
penglihatannya ? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah
Allah (membiarkannya sesat) ? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? "
(QS Al Jatsiyah : 23)... ***
El Jeffry